Jumat, 09 Oktober 2009

Warisan... Langkah Yang Terjebak

dikutip dari notes facebook yang ditulis oleh Ustadz Taat Budi Utomo



Assalaamu’alaikum. War. Wab.

Tidak bisa.......pokoknya tidak bisa.....sebagai anak pertama aku harus mendapatkan separoh dari harta peninggalan ayah dan ibu.........sepeninggal ayah akulah yang membiayai kuliah kamu semua......jadi wajar dong kalau aku mendapatkan 1/2 bagian warisan ayah dan ibu........salah satu adiknya kemudian sedikit menimpali perkataan kakak sulungnya yang hidupnya sudah mapan ini dengan........dalam hal ini kan sudah ada aturannya kak.......kita semua tahu itu......lagian kakak kan hidupnya sudah enak......kecuali kalau memang ada wasiat atau hibah khusus dari ayah dan ibu......diteruskan dengan pendapat dari adik perempuannya yang tak kalah sengitnya.......yang adil ya dibagi rata saja........

Dengan wajah memerah.......kakaknya kemudian melontarkan kalimat yang pedas kepada kedua adiknya.......kalau tidak karena kakak…….maka kamu tidak akan bisa kuliah dan lulus sarjana seperti sekarang ini.......dengan lemas dan sakit hati suami dari adik perempuannya ikut bicara......jadi kang mas tidak rela......tidak ikhlas membiayai kuliah adik - adik kang mas sendiri.......sehingga sekarang minta semuanya itu ada kompensasinya.......kamu orang lain.....kamu jangan ikut - ikutan dalam persoalan ini sautnya sengit......

Inilah gambaran dari sebuah situasi nyata......yang sering terjadi ketika kedua orang tua kita sudah meninggal......anak - anak.....REBUTAN HARTA WARISAN.....bahkan tidak sedikit diantaranya terjadi......dan lebih ruwet.....apabila saudara ayah laki - laki.......pak de atau paman......ikut di dalamnya meminta bagian juga......hubungan silaturrahim yang tadinya baik - baik saja......karena persoalan warisan......maka saudara menjadi musuh.......bahkan tidak sedikit diantara mereka yang membawa persoalan ini ke pengadilan......

Dalam Al Qur'an dan As Sunnah.....sudah dijelaskan dengan gamblang persoalan ini.....tapi ana belum pernah bisa menyelesaikan persoalan ini ketika diminta bantuan ikhwan wa akhwat......tetangga......

karena hampir semua pihak yang terlibat pikiran dan hatinya sudah di butakan oleh harta.......mendapatkan bagian yang paling banyak......mereka lupakan tuntunan syariat......mereka langgar hukum - hukum mulia ini......sehingga syariat " faraidh "........waris ini jarang ada yang bisa menerapkannya dengan benar......bahkan kalau ada orang tua yang sudah meninggal dan telah menuliskan wasiat hibah kepada anak – anaknya……..atau kepada orang lain karena hal ini juga di perintahkan oleh Rasulullah SAW apabila sudah berumur renta maka tulislah wasiat untuk anak - anakmu.......hal inipun tidak dihiraukannya sama sekali......Na'udzubillah.......

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. QS 64 : 15

Harta dan anak adalah ujian dari Allah SWT......dan Allah mengawali ayat ini dengan lafadh " amwal "......harta......baru kemudian anak sebagai ujian manusia.......tentu saja dalam ujian itu ada lulus dan ada yang tidak lulus.....sehingga apabila ujian pertama dalam bentuk harta manusia tidak lulus.....harta tidak digunakan untuk kepentingan berjuang di jalan Allah....maka dampak selanjutnya ujian dalam bentuk anak sangat sulit kita bisa melewatinya......Gambaran hal ini sudah banyak terlihat......walaupun secara lahir orang itu berkelimpahan harta......harta yang dipunyainya tidak digunakan untuk berjuang di jalan Allah......maka anak dari mereka akan menjadi duri dalam keluarganya......

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah : "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. QS 2 : 215

Rasulullah SAW juga memeriintahkan agar jangan meninggalkan ahli waris kita dalam keadaan miskin.....

HR. Bukhari Muslim dari Abu Ishaq bin Abi Waqqash ra, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW menjengukku saat aku sakit keras pada haji wada' seraya aku berkata, Ya Rasulullah sakitku sangat parah seperti yang engkau lihat. Aku mempunya harta benda sedangkan yang menjadi pewarisku hanya seorang putriku saja. Bolehkah aku menyedekahkan 2/3 hartaku ? Beliau bersabda : Tidak...Aku berkata , separuh hartaku Ya Rasulullah ?....Beliau bersabda : Tidak...Aku berkata, sepertiga hartaku Ya Rasulullah ?...Beliau bersabda : Sepertiga.....Sepertiga itu sudah banyak atau besar....Sungguh jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta belas kasihan orang lain.....

Sangat jarang diantara ikhwan dan akhwat yang baru menerima bagian harta waris dari kedua orang tuanya........kemudian harta itu menjadi manfaat bagi kehidupannya.....banyak orang mengatakan bahwa harta waris itu……." panas "......bahkan sangat jarang di temui anak yang mampu meneruskan usaha orang tuanya.......mewarisi perusahaan orang tuanya......kemudian perusahan itu tambah berkembang maju......yang sering terjadi adalah sebaliknya insyaAllah......menurun...
......dan akhirnya hilang dari peredaran....

Sementara disamping tuntunan " faraidh ".....Rasulullah SAW juga membentangkan pengelolaan harta dalam bentuk infaq....sodaqoh....dan waqaf......Kalau kita mau berfikir bijak demi kebaikan semua pihak khusunya anak - anak kita......maka kewajiban orang tua adalah berdiri di belakang masing - masing anaknya untuk mendukung terwujudnya pilihan hidup anak yang memang sudah di gariskan oleh Allah SWT......dengan segala upaya dan ikhtiarnya menjadikan masing - masing anaknya berhasil dalam kehidupan dunianya......karena seringkali pilihan jalan hidup dunia anak berbeda dengan apa yang di geluti oleh orang tuanya......apabila masing - masing anaknya sudah berhasil.....cukup dalam pandangan dunia dan baik dalam beribadah.....kemudian orang tua masih mempunyai titipan harta dari Allah SWT.....maka orang tua yang seperti ini bisa mengambil tuntunan syariat yang lain......yaitu dengan mengambil syariat infaq.....sodaqoh.....atau


Dari sisi kehidupan yang lain…….seorang teman.....Iqbal Bae....... menulis cerita dalam komentarnya dalam kajian beberapa hari kemarin…….

Ketika dalam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta dengan pesawat……...disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur……..kemudian ia menyapa ibu tersebut……dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan………Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ? tanyanya………Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua……….jawab ibu itu………Wouw……hebat sekali putra ibu…….ia sahutnya dan terdiam sejenak……..

Kemudian ia merenung sejenak……..Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu……..ia melanjutkan pertanyaannya………..Ibu tadi katakan bahwa…….anak yang di Singapore tadi adalah putra yang kedua………Bagaimana dengan kakak adik-adik nya ?........ Oh ya……… si ibu kemudian bercerita…….anak saya semuanya 7………yang ketiga seorang dokter di Malang………yang keempat kerja di perkebunan di Lampung………yang kelima menjadi arsitek di Jakarta……….yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto………yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang……..

Dengan penasarannya ia kembali bertanya……..ibu sudah cerita anak – anak ibu……dari anak yang kedua…..ketiga……keempat……k
waqaf......karena melihat anak - anaknya sudah mapan di bidangnya sendiri - sendiri.........bahkan kalau ada anak yang memilih bidang seperti orang tuanya.....maka setidaknya menjadi pelajaran berharga bagi anak adalah........mereka harus memulai usaha yang sama dengan orang tuanya itu dari awal.....dari nol.....sebagai pendiri.....bukan sebagai penerus.....sehingga si anak tahu betapa sulitnya......lika - liku jalannya yang pernah juga dialami oleh orang tuanya......dan ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi dia....... elima……keenam……dan ketujuh……..mohon maaf sebelumnya ya bu……bagaimana dengan anak ibu yang pertama……yang kesatu…….

Dengan menghela nafas……ibu ini menjawab……anak ibu yang pertama menjadi seorang petani di Godean Jogya……dia menggarap sawahnya sendiri yang tak terlalu lebar…….ia kemudian menimpali perkataan ibu itu……maaf ya bu…….ibu kelihatan kecewa dengan anak ibu yang pertama……..karena adik – adiknya telah menjadi orang yang sukses kehidupan pekerjaannya…….sedangkan dia menjadi seorang petani biasa……

Ibu itu tersenyum……kemudian menjawab……Oh…..tidak……saya
tidak kecewa dengan anak saya yang pertama……...bahkan saya bangga kepadanya……..KARENA DIALAH YANG MEMBIAYAI SEKOLAH ADIK – ADIKNYA SAMPAI SEMUA LULUS SARJANA HASIL DARI DIA BERTANI…….Subhaanallaah……Allahu Akbar……

InsyaAllah inilah yang akan menghantarkan kita menjadi hamba yang lulus dalam ujian harta sekaligus lulus dalam ujian anak.....tidak ada pertikaian antar saudara.......ahli waris kita.......dan akan mengarahkan langsung orang tua tersebut sebagai hamba yang hidupnya dilimpahii ketenangan.....kebahagiaan
hidup dari Allah SWT.....Amiin.


Wassalaamu’alaikum.War.Wab
.

Tidak ada komentar: