Sumber : Eramuslim
Oleh Wahyu Sejati
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berbicara yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. “ (Shahih Muslim No.67)
Tetangga, saudara yang begitu dekat dan berada di sekitar kita. Di kiri, kanan, depan maupun belakang. Terletak jauh maupun dekat. Kenal maupun tidak.
Mereka tetaplah tetangga yang berada di lingkungan dimana kita bermukim. Mereka yang hidupnya berdampingan dengan kita. Mereka yang selalu berbagi dan dapat memahami.
Jarak tetangga yang begitu dekat, mengajarkan kita untuk mengenal mereka. Pentingnya komunikasi dan interaksi disini. Mengenal kehidupan mereka, tanpa mencampuri kehidupan pribadinya. Memperlakukan sebagaimana mestinya, dengan adab serta hak mereka yang menjadi pedoman yang wajib dipelajari dan dipenuhi.
Saling sapa, senyum dan berjabat tangan. Menanyakan kabar serta bagaimana hari-harinya saat ini adalah beberapa cara dalam memenuhi hak-hak mereka. Lebih lanjut, hubungan bertetangga dapat berupa saling silaturahmi, memberi barang ataupun bantuan, seperti makanan, hadiah dan lain sebagainya. Tentunya, semua semampu dan sebisa kita. Tidak ada paksaan ataupun keharusan, semuanya bersumber dari kesadaran diri.
Banyak manfaat dari kepeduliaan dan perhatian kita pada para tetangga. Misalnya, ketika dalam kesusahan, ada sosok yang akan mengetahui terlebih dahulu (selain keluarga) bagaimana kondisi dan kebutuhan kita, bahkan terkadang mereka dapat membantu.
Ketika dalam kebahagiaan, kita dapat berbagi dengan saling memberi hingga suatu saat kita akan mendapatkan hal yang sama. Intinya, tetangga dapat menjadi saudara dikala sedih dan senang kita, walaupun tidak ada ikatan darah namun semuanya dapat terjalin dengan begitu eratnya.
Sayang, sepertinya hakikat bertetangga ini sudah mulai hilang bahkan terlupakan. Di zaman yang sudah meninggalkan arti kebersamaan dan didominasi arti individualistis. Semua sibuk memikirkan hak dan kewajiban masing-masing.
Terlebih bagi kita yang memiliki pekerjaan dan rutinitas yang begitu sibuk dan padat, hingga tidak cukup waktu untuk sekedar saling sapa terhadap para tetangga. Jangankan untuk tetangga, menyapa dan memperhatikan diri serta keluarga sendiri, sungguh begitu susahnya. Tetangga, menjadi begitu terlupakan dan hak-haknya terabaikan.
Ingatkah kita, betapa sibuknya diri, hingga terkadang tetanggalah yang mempedulikan kehidupan apalagi kondisi rumah kita. Sepertinya, semua menjadi tanggung jawab mereka. Sebagai contoh, terkadang pakaian jemuran diangkatnya ketika hujan dan malam tiba, diambil dan disimpannya surat ataupun barang titipan orang lain yang diberikan kepada kita ketika kita sedang tidak berada di rumah.
Bahkan diam-diam, mereka pula yang memperhatikan atau merawat rumah kita yang tidak begitu terurus dan ditinggalkan. Begitu indahnya perlakuan para tetangga, namun tidak demikian halnya dengan kita.
Apa yang telah kita berikan pada para tetangga kita sebagai timbal baliknya? Pernahkah kita mengucapkan terima kasih atas segala kepedulian mereka selama ini? Bagaimana sikap dan tindakan kita terhadap mereka?
Begitu banyak keterlupaan dan keteledoran bahkan keacuhan. Hingga terkadang kita dianggap tak ramah, tak sopan, tak tahu terima kasih terhadap tetangga-tetangga lainnya. Bahkan, terkadang secara tidak langsung kita telah menyakiti bahkan menyinggung perasaan serta mengusik kehidupan mereka.
Semuanya, terjadi atas segala tindakan dan perlakuan kita yang selama ini tidak pernah atau mau disadari. Begitu mendzolimi dan menyakiti. Bukankah Allah telah menuliskan dalam FirmanNya berupa QS. An Nisaa ayat 36 bahwa:
“... berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh......”?
Indahnya bertetangga sangatlah berbahagia, terutama jika kita benar-benar mengalaminya. Disaat zaman dan situasi seperti ini, baik suka maupun duka, mereka dapat menjadi sosok yang membantu dan peduli akan keberadaan kita.
Mereka siap sedia kapanpun kita mau dan minta bantu. Tentunya, dengan sebuah syarat yang sewajibnya kita taati, dengan memahami dan memenuhi hak-haknya tetangga yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar