Sumber : Eramuslim.com
Awan
sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di
atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang
kebesaran melambai lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang es
krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara
tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celana ayahnya.
Yani
dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke
kanan dan kemudian duduk di atas seonggok nisan "Hj Rajawali binti
Muhammad 19-10-1905 : 20-01-1965"
"Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo'a untuk nenekmu"
Yani
melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yang mengangkat ke
atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya
berdo'a untuk neneknya....
"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya yah." Ayahnya mengangguk sembari tersenyum sembari memandang pusara Ibu-nya.
"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 36 tahun ya yah..." kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung.
"Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 36 tahun ... "
Yani
memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana. Di
samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini :
19-02-1882 : 30-01-1910"
"Hmm..
kalau yang itu sudah meninggal 91 tahun yang lalu ya yah" jarinya
menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk.
Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.
"Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.
"Hmmm,
ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita
banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka " kata Yani sambil meminta
persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"
Ayahnya tersenyum, "Lalu?"
"Iya
.. kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 36 tahun
dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 36 tahun
nenek senang di kubur .... ya nggak yah?"
Mata
Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapatnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya
cemas .....
"Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.
Pulang
dari Pemakaman, ayah Yani tampak gelisah di atas sajadahnya, memikirkan
apa yang dikatakan anaknya ... 36 tahun ... hingga sekarang ...kalau
kiamat datang 100 tahun lagi ....136 tahun disiksa .. atau bahagia di
kubur .... Lalu ia menunduk ... meneteskan air mata ...
Kalau
ia meninggal .. lalu banyak dosanya ... lalu kiamat masih 1000 tahun
lagi berarti ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi wa inna ilaihi
rooji'un ... air matanya semakin banyak menetes.....Sanggupkah ia selama
itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan ..kalau 2000 tahun
lagi ? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur ..
lalu setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Tahankah? Padahal
melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak
tahan?
Ya
Allah ...ia semakin menunduk .. tangannya terangkat keatas..bahunya
naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya
..... Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang kali di bacanya doa
itu hingga suaranya serak ... dan ia berhenti sejenak ketika terdengar
batuk Yani. Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan bambu...
dibetulkannya selimutnya.
Yani
terus tertidur ...tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih
padanya karena telah menyadarkannya .. arti sebuah kehidupan... dan apa
yang akan datang di depannya....