Sumber: Dakwatuna.com
Saya yakin, bahwa kita semua pasti menginginkan perubahan ke arah
yang lebih baik. Namun tak semua orang mampu untuk menggapai dan
melakukan perubahan itu. Mungkin karena ia merasa belum siap dengan
perubahan, atau bisa jadi karena tidak punya nyali (lemah mental, atau
tidak mau meninggalkan tabiat dan kebiasaan lama) untuk menerima
perubahan itu.
Namun sebagai seorang mukmin seharusnya kita tidak
lagi mempertanyakan diri kita siap atau tidak, pantas atau tidak, akan
tetapi sebaliknya kita justru harus mencari dan mengejar perubahan itu,
karena nasib tidak akan berpihak kepada orang yang hanya berdiam diri
saja. “Innallaha la yughayyiru ma bi kaumin hatta yughayyiru ma bi
anfusihim”.
Barangkali banyak kisah yang dapat mengetuk pintu hati
kita. Dalam berbagai riwayat banyak yang menyimpulkan bahwa perubahan
besar sering kali dilakukan oleh insan-insan yang memiliki mimpi-mimpi
besar. Mereka yang sayang akan hidupnya yang sementara ini, segera
mengambil keputusan untuk melakukan perubahan. Sebut saja seorang
pencari hakikat kebenaran (Al-Bahits ‘an al- haqiqah) Salman Al-farisi,
sahabat yang menjadi aktor penting dalam perang Khandak.
Kisah
perang Khandak, bagi saya pribadi memiliki banyak hikmah yang sangat
menarik untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Dimana kaum muslim yang
berada di Madinah ketika itu sedang mengalami keadaan yang sangat sulit.
Tatkala musuh-musuh Islam dari berbagai qabilah bersatu merapatkan
barisan untuk memerangi Rasulullah, di saat-saat yang seperti itu justru
Rasulullah mendidik kaum muslimin dengan menanamkan mimpi-mimpi besar
kepada mereka.
Dimana mimpi-mimpi besar itu? Kita akan lihat kisah
menarik pada peristiwa perang Khandak. Ide cemerlang muncul dari
seorang Salman yang memberikan usulan kepada Rasulullah untuk menggali
Khandak (parit) sebagai salah satu siasat perang. Kaum muslimin ketika
itu sudah dikepung dari berbagai macam penjuru dan dengan berbagai macam
kekuatan, yang secara kasat mata mungkin kaum muslimin tidak akan bisa
selamat, bahkan sebagian di antara mereka (orang-orang munafik dan lemah
iman) ragu dengan kekuasaan Allah dan Rasul-Nya.
Hal itu
tergambar jelas pada firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 12, “Idz
yaqulul munafiquna walladzina fi qulubihim maradun ma wa ’adanallahu wa
rasuluhu illa ghurura”, Mereka mengatakan apa yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya kepada kami ini hanya tipu daya belaka. Karena memang secara
kasat mata tidak mungkin lagi kaum muslimin bisa selamat dari kekuatan
tentara musuh.
Kembali kepada kisah di atas, tatkala kaum muslimin
menggali Khandak, ada satu tempat yang sangat sulit untuk digali,
dikarenakan ada batu besar yang sulit untuk dipecahkan. Kemudian Salman
Al-Farisi pergi menghadap Rasulullah SAW dan mengusulkan untuk
membelokkan sedikit galian tersebut ke sisi lain agar mudah digali, tapi
apa yang Rasulullah katakan? Justru Rasulullah mengatakan kepada Salman
“Ya sudah, ini bagian saya, biar saya yang akan menyelesaikannya”.
Rasul langsung turun tangan untuk memecahkan batu tersebut.
Dengan
3 kali pukulan, Rasulullah berhasil memecahkan batu yang keras
tersebut. Nah di sinilah sebenarnya mimpi-mimpi besar itu Rasul
tanamkan. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa di setiap pukulan,
Rasulullah SAW bertakbir “Allahu akbar”, seraya berkata “U’titu mafatiha
faris, akan ada dari umatku yang akan menaklukkan Faris. Demikian pula
dengan pukulan yang kedua, Rasulullah juga berteriak “Allahu akbar,
U’titu mafatiha Ar-Ruum, Ramawi juga akan takluk di tangan kaum
muslimin. Sampai pada pukulan yang ketiga, Rasulullah juga meneriakkan
kata-kata yang sama “Bahwa aku diberikan kunci untuk menaklukkan Suriah,
San’a dan yang lainnya.
Sekarang kita dapat menyaksikan kebenaran
kata-kata yang telah Rasulullah sampaikan. Semua daerah yang
disampaikan oleh Rasulullah, Faris, Ramawi, Suriah, Yaman dan lain
sebagainya, telah berhasil ditaklukkan oleh kaum muslimin, itu semua
bisa ditaklukkan berkat mimpi-mimpi besar yang ditanamkan Rasul ketika
perang Khandak. Hikmah dari apa yang telah Rasulullah katakan, bahwa
dalam keadaan terjepit dan kesulitan sekalipun, Rasulullah tetap
menanamkan mimpi-mimpi besar kepada kaum muslimin.
Sungguh tidak
ada yang mustahil dengan seizin dan pertolongan Allah karena itu yang
membedakan kita dengan orang-orang yang tidak percaya dengan Allah SWT,
dan dalam keadaan apapun kita tidak boleh berputus asa dan lari dari
kebesaran dan rahmat-Nya. Ternyata apa yang dikhawatirkan kaum muslimin
sebelumnya justru berujung dengan kemenangan dan kebenaran. Dan menjadi
bertambahlah iman-iman mereka dengan kekuasaan Allah dan kebenaran yang
telah Rasul sampaikan. “Hadza ma wa ’adanallah wa rasuluh, wa
sadaqallahu warasuluh”.
Di akhir catatan yang sederhana ini, Saya
pribadi ingin menyampaikan “Bahwa tidak ada yang lebih menguntungkan,
melainkan Anda bisa menanamkan mimpi-mimpi besar itu dari sejak dini dan
kemudian bisa untuk mewujudkannya. Karena siapa pun di antara kita
berhak untuk bisa membuktikan bahwa perubahan dan mimpi-mimpi besar itu
bisa kita wujudkan”.